Senin, 08 November 2010

Kenaikan Harga BBM akan Picu Inflasi 12%

Kenaikan harga BBM yang sangat tinggi dan diperkirakan memicu laju inflasi hingga 12% pada tahun ini, dinilai justru akan berdampak buruk terhadap perekonomian nasional.
"Pemerintah menaikan harga BBM untuk memperbaiki keuangan pemerintah, namun efek 'multi player' nya justru akan kontra produktif atau memukul balik perekonomian nasional. Hal ini tampaknya tidak dihitung," Kata pengamat ekonomi Aviliani di Jakarta, Rabu.
Dijelaskannya, dampak langsung dari kenaikan BBM itu adalah melonjaknya laju inflasi yang diperkirakan mencapai 12 persen, yang kemudian diikuti dengan kenaikan suku bunga seperti yang sudah dilakukan BI dengan meningkatkan 'BI Rate' dari 10% menjadi 11%.
Kenaikan suku bunga BI, lanjutnya pasti akan diikuti kenaikan suku bunga tabungan sehingga suku bunga kredit juga akan naik. Hal ini selain akan berdampak pada pertambahan kredit bermasalah juga akan membuat dunia usaha menghentikan ekspansi usahanya untuk menunggu suku bunga turun.
"Kenaikan BBM menjadi kontra produktif karena pertumbuhan konsumsi, investasi dan ekspor akan menurun. Ini justru berlawanan dengan niat awal Presiden Yudhoyono yang berjanji untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi," katanya.
Hal ini lanjutnya, diperburuk dengan dampak lanjutan dari rendahnya pertumbuhan ekonomi yang akan menciptakan tambahan pengangguran dan jumlah orang miskin.
Untuk itu, Aviliani meminta agar dana pengurangan subsidi BBM di APBN sekitar Rp 45 triliun bisa digunakan untuk kepentingan penciptaan lapangan kerja seperti dengan mendorong pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur.
Sementara itu, Direktur Perencanaan Strategis dan Humas BI Halim Alamsyah mengatakan, kenaikan harga BBM yang sangat besar justru berdampak positif di pasar modal dan pasar uang. Terlihat, dengan membaiknya indeks harga saham dan menguatnya nilai tukar rupiah.
"Dunia internasional memandang positif, seperti yang diungkapkan lembaga rating Standard and Poor' s bahwa langkah yang diambil pemerintah telah mengembalikan jalur perekonomian Indonesia pada arah yang benar," katanya.
Dalam jangka pendek, lanjutnya, kebijakan pemerintah yang didukung BI itu dapat mengurangi pertumbuhan ekonomi 2005 dan beberapa waktu ke depan.
Tetapi, dalam jangka panjang, dengan pondasi yang lebih sehat dan kebijakan yang fokus pada pengendalian inflasi, pelambatan itu tidak akan berlangsung lama.

sumber : http://www.kapanlagi.com/h/old/0000085575.html.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar